Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Afrida Purwanti



BALIMAU PATANG DI NAGARI LIMAU LUNGGO
Oleh: Afrida Purwanti (11140321000003)

1.    Letak Geografis
Nagari (Desa) Limau-Lunggo terletak di Kecamatan  Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat. Nagari ini adalah salah satu daerah yang ada di Indonesia. Dengan wilayah yang udaranya cukup sejuk  bahkan dingin, Dengan luas wilayah 874 Ha dengan Batas Utara Nagari Batu Bajanjang, Selatan Nagari Koto Gadang, Barat Kecamatan Bukit Sundi, Timur Nagari Sungai Janiah Kecamatan Gunung Talang.

2.    Sejarah dan Asal-Usul Negeri
Nagari Limau Lunggo merupakan bagian dalam salah satu Nagari Koto Nan VI yang masih pecahan dari Kubung Tigo Baleh. Menurut sejarah atau cerita dari orang tua-tua dahulu pada mulanya Nagari Limau Lunggo sebelum menjadi nagari merupakan sebuah pemukiman masyarakat yang terletak disebuah bukit.
Pemukiman tersebut baru merupakan sekelompok rumah yang terletak di lembah sebuah bukit yang pada saat itu dinamakan bukit juyiang (tinggi) karena letak bukit tersebut di kaki Gunung Talang. Sehingga bukit tersebut terlihat sangat tinggi dan menutupi Gunung dan masyarakat menyebutnya dengan Bukit Manjuyiang.
Pada masa itu kehidupan masyarakat bergantung pada pertanian, maka dibangunlah jalan untuk keladang atau  sawah bahkan jalan menuju bukit juyiang tersebut. Masyarakat pada waktu itu membangun jalan dengan menyusun batu-batu yang ada, sehingga jalan tersebut membentuk tangga.
Sampai saat ini jalan itu juga masih dapat ditemui dan namanya dijadikan sebagai nama nagari yaitu Limau Lunggo Bajanjang Batu. Jadi menurut sejarah, nagari Limau Lunggo dan Batu bajanjang dulunya adalah satu nagari. Kemudian dipecah menjadi dua tatanan kehidupan masyarakat Limau Lunggo sangat berpegang pada Budaya Alam Minangkabau (Budaya Alam Kubuang Tigo Baleh) yaitu tradisi Bagalanggang.
Asal mula nama Nagari Limau Lunggo yaitu Limau artinya mandi, Runggo artinya badan, jadi Limau Lunggo artinya Memandikan Badan. Karena banyaknya orang dari nagari luar pada masa dahulu datang  ke Nagari Limau Lunggo untuk “Mengisi badan” dalam artian menuntut ilmu sehingga orang yang datang menyampaikan niatnya dengan istilah Limau Lah Runggo.
Limau Lunggo terkenal dengan orang-orang yang punya ilmu bela diri dan agama. Ada satu legenda di Nagari Limau Lunggo yaitu Tonggak Tuo. Konon kabarnya tonggak tuo (tiang utama mesjid) ditegakkan oleh satu orang yang bernama Muhammad Qushin biasa di panggil Gaek Surau. Dari cerita-cerita orang tua dahulu, tonggak tersebut didirikan oleh satu orang setelah seluruh masyarakat tidak sanggup menaikkannya secara bersama-sama, namun gaek surau dapat menegakkan tonggak tersebut sendiri dan mengeluarkan mata air sewaktu tonggak itu ditegakkan. Mata Air itu kini dikenal dengan Aia Mancu, Konon air ini tidak pernah kering dan sudah dibuktikan pada tahun 1926 yang pada waktu itu terjadi gempa besar yang mengakibatkan sumber mata air di nagari kering. Namun aia mancu ini tidak pernah kering sehingga masyarakat datang berduyun-duyun ke Aia Mancu untuk mengambil air tersebut. Bahkan Aia Mancu banyak di ambil oleh wisatawan local.
Mayoritas penduduk Nagari Limau Lunggo adalah sebagai petani layaknya mayoritas penduduk yang ada di daerah pedesaan lainnya. Ada juga yang sebagian pedagang, dan guru. Jumlah penduduknya sekitar 4.0006 Jiwa (653 KK), Ketinggian 800 mdpl, berhawa sejuk dan tropis, curah hujan sedang, beberapa fasilitas umum seperti:
·      TK: 1
·      SD: 2 
·      SMP:-
·      SMA:-
·      Mesjid: 1
·      Mushalla: 15
·      Puskesmas: 1
·      Balai Adat: 1
·      Kesenian: 2
·      Grup lapangan Olah Raga: Volley, Takraw

3.    Tradisi Balimau-Patang
Tradisi Balimau Patang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Limau Lunggo dalam setiap menyambut bulan suci Ramadhan. Acara balimau patang dilaksanakan satu hari menjelang puasa. Balimau Patang memiliki keunikan antara lain acara ini menampilkan kesenian anak Nagari Limau Lunggo, acara Balimau dengan air limau yang dibuat sendiri oleh masyarakat, serta keunikan yang lain adalah adanya carano yang disusun sebanyak kurang lebih 300 buah, kemudian nanti akan diisi oleh para perantau atau pun tamu-tamu dari luar nagari. selain memberikan manfaat pada masyarakat dengan adanya pengisian carano ini, acara balimau patang merupakan salah satu acara yang terbesar yang dilaksanakan di Nagari Limau Lunggo. Acara ini pada awalnya merupakan momentum untuk silaturahmi antara masyarakat nagari dan perantau. pada acara ini semua masyarakat Nagari Limau Lunggo berbaur dalam suatu keceriaan dan canda tawa serta saling memaafkan dalam menyambut bulan Ramadhan.
Penduduk yang masih lekat dengan adatnya sangat terlihat di desa ini. salah satu kegiatan adalah " BALIMAU PATANG " dimana kegiatan itu sendiri merupakan kegiatan tahunan yang selalu dilakukan oleh masyarakat sekitar. kegiatan ini dilakukan setiap sehari menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
Format acaranya hampir tidak berubah dari tahun ketahun. Jika dilihat dari foto diatas, ada sebuah foto yang memperlihatkan "carano" atau seperti mangkok plastik yang didalamnya diisi dengan sirih dan air yang didalam botol terbuat dari rempah-rempah sejenis lengkoas. Isi cerano tersebut kemudian akan di bawa ke balai desa dimana tempat kegiatan itu dilaksanakan. Masyarakat berkumpul dibalai adat bersama dengan carano yang nantinya akan diletakkan diatas susunan meja.
Carano itu nantinya akan diisi dengan kurang lebih sembako. Meskipun tidak lengkap sembilan bahan pokok tapi biasanya memang yang dikasih itu keperluan atau kebutuhan sehari hari seperti mie instant, gula, sabun, shampo, syrup,sarung, dan bahkan uang (meskipun nominalnya tidak begitu besar) tapi itu semua mereka dapatkan ketika balimau patang itu tiba.
Tradisi yang telah bertahun-tahun ini mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat yang berada dikampung halaman maupun yang berada di perantauan. Didalam tradisi ini para perantaulah yang banyak atau yang biasanya mengisi sembako ke dalam carano. Ada juga beberapa warga yang masih menetap dikampung yang ikut dalam pengisian tersebut. Acara pengisian ini dlakukan sukarela oleh para perantau dari luar Limau Lunggo yang mungkin sudah sukses dan ingin membagi sedikit penghasilannya untuk "urang kampuang nan dicinto".
Puncak acara adalah ketika pengisan carano sudah selesai, air yang dibawa tadi (air wangi) akan disiram keatas sehingga semua orang terkena air tersebut, ada juga yang mencuci muka, dan membasahi sebagian rambut dengan air tersebut. Setelah semua nya selesai warga Limau-Lunggo berbondong-bondong pulang kerumah masing-masing dan menyegerakan pergi ke Masjid dan surau-surau untuk melaksanakan shalat Maghrib, Isya, dan di lanjutkan shalat sunah Taraweh.
Begitulah memang kebiasaan yang memang seharusnya terus dilestarikan oleh anak cucu kita nanti. Saling memberi dan saling menolong serta rasa kebersamaan dan juga rasa cinta terhadap kampung halamanlah yang dapat kita petik  dari acara atau kegiatan ini.**)


**) Hasil wawancara dengan ......, narasumber adalah seorang .... di ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar