Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Siti Mahfudhoh



PESTA LAUT: TRADISI NELAYAN DI DESA CARITA, PANDEGLANG, BANTEN
Oleh: Siti Mahfudzoh

Pesta laut merupakan adat istiadat nenek moyang dari zaman dahulu kala, pesta laut ini selalu dilaksanakan setiap setahun sekali dengan kesepakatan para nelayan dan masyarakat di kampung Persawahan Desa Carita Kec. Carita  Kabupaten Pandeglang Banten   Diselenggarakan oleh para nelayan yang diketuai oleh bapak Didi Syarif selaku ketua HNSI (Himpunan Nelayan Se-Indonesia) sekaigus ketua panitia penyelenggara Pesta Laut.   
Tujuan pesta laut yang diselenggarakan setahun sekali ini adalah sebagai tanda syukur  kepada Allah Yang Maha Esa  melalui doa dan mengadakan hiburan wayang golek, perlombaan volley ball putra dan putri, festival band, panjat pinang, parade perahu hias, dan  karaokean.  Semua  ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki yang melimpah kepada para nelayan  kebahagiaan.

Pelaksanaan Pesta Laut
Pesta laut ini disebut juga dengan “Pesta Rakyat” karena berbagai macam hiburan dan perlombaan dilaksanakan dan dinikmati oleh masyarakat baik yang nelayan ataupun yang bukan. Bagaimana tidak, Selama 20 hari terdapat berbagai macam hiburan yang diselenggarakan panitia letaknya tidak jauh dari pantai yaitu  di pesisir pantai. Segala macam hiburan di adakan di sekitar pantai.  Sampai panggung besar dan mewah menghiasi pesisir  pantai.  Pesta laut ini selalu di hadiri oleh para pejabat  yakni Gubernur, Bupati, Kepala Desa, dan Camat. Biaya yang dikeluarkan juga tidak kecil. Para nelayan bersepakat bahwa dana untuk pesta pantai hasil dari iuran para nelayan dan penyebaran proposal. Untuk iuran, keluarga para nelayan dipatok uang yang mesti dibayarkan, tetapi jika tidak mampu tidak masalah, jumlah rupiahnya tidak diketahui, melainkan mengikuti perkembangan perekonomian pada saat itu.   Dan untuk penyebaran pengajuan proposal, maka pihak panitia membagi masyarakt untuk menyebarkan pengajuan proposal ke instansi Negara atau intansi swasta. Instansi seperti kantor Bupati, Kantor Gubernur, Kantor Camat. Dan intansi swasta seperti
Selama 20 hari , perlombaan-perlombaan diselenggarakan oleh panitia, seperti perlombaan volley ball putra dan putri, Pada hari mendekati akhir, diselenggarakan hiburan seperti  Jaipongan yang berlangsung selama sehari semalam, kemudian Wayang Golek  yang berlangsung selama 2 hari 2 malam.

Ruwat Laut
Yaitu ruwat yang dilakukan di laut. Ruwat  laut dilasksanakan  ketika hari terakhir, para nelayan dan masyarakat pergi  pawai ke laut untuk membuang kepala kerbau dan badan kerbau yang sudah tidak ada dagingnya, melankan diganti oleh pasir yang dimasukkan ke dalam kulit kerbau kemudian dijahit kembali.  Dagingnya yang diberi ke warga,dimasak serta dimakan oleh warga setempat. Kulitnya dijait dalamnya berisi pasir yang dibungkus menggunakan  karung. Kerbau ini hanya satu l ekor saja yang diserahkan ke laut. Biasanya hanya satu kerbau yang dibuang ke laut, membuang kepala kerbau ke laut tidak sembraangan membuang di laut, ada tempat yang dipercayai itu adalah tempat peristirahatan kerbau, yamg bernama Karang Dalem  Lor.  Setelah  membuang ke laut, pak Dalang (yang memimpin wayang golek)  berdoa untuk meminta kesejahteraan warga dan  dilimpahkan segala rizki bagi para nelayan, dan meminta kemakmuran warga setempat kepada Allah Yang Maha Esa. Yang mrnunjukkan ke karang dalem lor adalah kepala nelayannya, kepala nelaya, kepala desa, dan warga yang memiliki perahu hias. Setelah kerbau dibuang, maka warga kembali ke teluk pantai Carita. Ruwat laut ini dilakukan dari jam 10 pagi sampai selesai. Dilanjutkan dengan pertunjukkan hiburan-hiburan.

Ruwat Darat
Setelah membuang kerbau siang harinya satu hari satu malam,  dilakukan lagi ruwat darat, yaitu Dalang kembali berdoa untuk kesejahteraan dan kemelimpahan rizki kepada Allah SWT. Seperti namanya, ruwat darat dilakukan di darat yaitu di pesisir pantai. Tetapi tak ada pembuangan kerbau dalam ruwat darat ini, melainkan hanya berdoa oleh Dalang tersebut.
Ruwat laut dan ruwat darat yang dilakukan adalah dengan diiringi music dan nyanyian. Mereka mempercayai bahwa jika berdoa tidak memakai atau memberikan apapun maka rasanya kurang afdhal. Untuk itulah nenek moyang mereka mempercayai pembuangan kerbau dan di adakannya pesta laut dan dilakukan sampai sekarang setahun sekali. Jika tidak melaksanakan pesta laut ini, kadang-kadang terjadi kesururpan, rizki nelayanpun berkurang, maka diadakanlh kesepakatan antar warga untuk selalu mengadakan pesta laut setiap tahunnya. Kesepakatan ini dilakukan oleh 4 desa yang dekat dengan pantai di kecamatan Carita, yaitu Carita,  Banjarmasin, sukajadi, sukarame. Kesepakatan ini dilakukan pada Musyawarah Akbar  di TPI : Tempat Pelelangan Ikan yang tidak jauh dari pantai. Disana kepala desa berkumpul untuk membincangkan kelangsungan Pesta Laut yang dikepalai oleh ketua Nelayan se-Kecamatan Carita.
Berikut Beberapa foto saya dan Pak Didi Syarif selaku kepala Nelayan dan foto Pesta laut  Carita tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar