Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Renaldo Chaniago



PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Studi Kasus di Desa Koto Bangko, Kenagarian Sungai Sirah Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging, Kabupaten Pariaman, Kota Padang.
Oleh: Renaldo Caniago (NIM: 11140321000028)

PEMBAHASAN
Desa koto Bangko terletak di sebuah kecamatan Sungai Geringging, kabupaten Pariaman, Kota padang. Desa ini ada sebuah acara yang unik yaitu pada peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Yang insyaalah akan saya jelaskan tradisi acara peringatan maulid nabi Muhammad SAW  di desa tersebut.
Aliran sungai-sungai yang melewati sejumlah wilayah di Kabupaten Padang Pariaman ternyata memiliki multifungsi. Tak hanya sekadar tempat mandi dan mencuci serta sumber pengairan, tetapi menjadi lahan memelihara ikan.
Kegiatan memelihara ikan pada aliran dilakukan dengan kesepakatan pemerintah kenagarian dengan masyarakat setempat. Bentuknya berupa pelarangan menangkap, memancing apalagi meracuni.
Sanksi terhadap orang melanggar yang disepakati biasanya sangat keras, yakni berupa ditahlilkan oleh imam bersama jamaah masjid hingga orang itu mendapat hukuman langsung dari Allah Yang Mahakuasa. Alhasil, nyaris tak ada warga atau pendatang yang berani mengganggu ikan larangan.
Jauh sebelum peringatan maulid nabi, tepat pada seminggu sebelum diadakan peringatan tersebut untuk para masyarakat dibolehkan untuk memancing ikan larangan di berbagai sungai yang terdapat di wilayah kecamatan sungai geringging. Oleh karena itu sebelum ada peringatan acara maulid nabi para masyarakat tidak diperkenankan untuk memancing ikan tersebut. Konon kata orang terdahulu jika memakan ikan larangan tersebut ia akan membesar perutnya atau buncit. Setelah peringatan maulid nabi maka ikan-ikan tersebut akan di gaduah[1] kembali oleh para ulama setempat.
Semalam sebelum peringatan maulid nabi dilaksanakan para alim ulama dan tokoh masyrakat serta para masyarakat sekitar akan melakukan dzikir bersama selama semalam di masjid setempat. Untuk mengadakan acara maulid nabi ini biasanya dilakukan disalah satu masjid saja yang terletak di pemukiman warga, jadi tidak banyak tempat. Pada peringatan hari maulid nabi tersebut seluruh alim ulama dan tokoh masyarakat serta masyarakat sekitar masjid akan berkumpul bersama di sebuah masjid, bahkan ada yang pulang kampung bagi orang-orang yang merantau untuk menyaksikan acara peringatan maulid nabi. Masyarakat setempat yang mengikuti acara maulid nabi akan menyiapkan dan menyajikan berbagai macam makanan seperti: lamang, nasi, ikan lauk pauk, ayam songgeang dan lain-lain. Semua makanan yang sudah disiapkan akan dibungkus dengan daun pisang dan ditutupi oleh jamba’. Acara maulid nabi itu diawali dengan Mandoa atau bisa dikatakan dengan berdoa bersama dan akan dipimpin oleh pemimpin atau ulama disekitar masjid.
Setelah selesai semua rangkaian acara maulid nabi, semua makanan yang dibawa masyarakat akan dibagikan ke sanak sodara terdekat, mulai dari sodara ayah dan ibu, besan, dan lain-lain. Mungkin itu saja sedikit ulasan tentang peringatan maulid nabi yang berada di desa Koto Bangko.[2]




[1] Istilah Gaduah itu adalah dibacakan doa untuk pelarangan dan pelarangan itu terhadap memancing ikan larangan.
**) Hasil wawancara dengan bapak Syafri Musa, narasumber adalah seorang tokoh desa Koto Bangko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar