VIHARA AVALOKITESVARA BANTEN (VIHARA TERTUA DI BANTEN)
Oleh: Firda Devi Rahmawati
Sejarah
Vihara yang saat ini terletak di kecamatan Kasemen, kota Serang, wilayah
Banten, ini berkaitan dengan seorang tokoh penyebar Islam di tanah Jawa, yaitu Syarif
Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh
penyebar Islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih mempunyai keturunan dari
Kaisar Tiongkok, yang bernama putri Ong Tien. Setelah menikah, pengikut dari
putri Ong Tien ini terbagi ke dalam 2 golongan. Mereka ada yang pindah ke agama
Islam, ada juga yang masih menganut agama Buddha. Pengikut putri Ong Tien yang
pindah ke agama Islam, dibuatkan Masjid atau rumah ibadah yaitu Masjid Pecinan
Tinggi (Masjid yang berada di pemukiman Cina pada masa Kesultanan Banten), dan
yang masih menganut agama Buddha, dibuatkan Vihara yang dibangun di desa
Dermayon pada tahun 1542, yang pada saat itu kondisi dari masyarakat Buddha
sendiri banyak yang melakukan ibadah di pinggir-pinggir pantai. Maka dari itu
dibuatlah sebuah Vihara di desa tersebut. Dan Vihara ini merupakan Vihara
pertama yang ada di wilayah Banten.
Pada
tahun 1744, ada seorang penduduk yang menghibahkan tanahnya untuk pemindahan Vihara
yang ada di desa Dermayon ke kecamatan Kasemen. Dikarenakan Vihara yang ada di
desa Dermayon ini tidak terlalu besar pembangunannya, maka Vihara ini pun
pindah ke kecamatan Kasemen. Semenjak perpindahan itu, Vihara ini sudah
melakukan berbagai pembaharuan. Namun di dalam sejarah tidak dicatat secara
lengkap kapan dan berapa kali Vihara ini dilakukan pembaharuan atau renovasi.
Vihara
ini memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi Kwan Im sebagai Altar
utamanya. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa
yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga. Lalu di gerbang depan dengan
atap berhiaskan dua naga yang memperebutkan mustika sang penerang (matahari),
menyambut pengunjung dipintu masuk. Naga dianggap sebagai makhluk suci yang
melambangkan keselamatan, juga pelindung arah timur (musim semi).
Adapun
kegiatan-kegiatan yang ada di Vihara ini, pada umunya tidak jauh berbeda dengan
Vihara-vihara lainnya. Yang jelas Vihara ini terbuka untuk dikunjungi oleh
siapa saja, tidak perduli apa pun agamanya, asalkan bisa membawa diri dengan
baik lantaran Vihara adalah tempat ibadah, bukan tempat wisata biasa.
Terlihat jelas dari pemaparan sejarah mengenai
Vihara Avalokitesvara, bahwa interaksi antara masyarakat Islam dengan
masyarakat Buddha sudah terjalin sejak dulu bahkan sampai sekarang ini. Bukti
nyata dari interaksi yang sudah terjalin dari sejak dulu adalah ketika Syarif
Hidayatullah membangun Vihara ini untuk umat Buddha yang memang membutuhkan
tempat ibadah. Dan membangun Masjid untuk masyarakat Tiongkok yang pindah ke
agama Islam. Kemudian interaksi yang
sampai saat ini masih terjalin adalah ketika di Vihara ini sedang ada kegiatan,
masyarakat dari luar Vihara ini bahkan yang non Buddha sekali pun dapat
menyaksikan, asal tidak mengganggu. Selain itu, para pengunjung yang
berdatangan ke Vihara ini, kebanyakan dari umat Islam. Entah itu mereka yang
sedang melakukan observasi, atau berwisata sambil foto-foto, pihak pengurus
Vihara mempersilahkan mereka untuk. Berkunjung. Sudah jelas bukan bahwa
interaksi seperti ini sudah ada dari dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar