Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Firda Devi R.



VIHARA AVALOKITESVARA BANTEN (VIHARA TERTUA DI BANTEN)
Oleh: Firda Devi Rahmawati

Sejarah Vihara yang saat ini terletak di kecamatan Kasemen, kota Serang, wilayah Banten, ini berkaitan dengan seorang tokoh penyebar Islam di tanah Jawa, yaitu Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh penyebar Islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih mempunyai keturunan dari Kaisar Tiongkok, yang bernama putri Ong Tien. Setelah menikah, pengikut dari putri Ong Tien ini terbagi ke dalam 2 golongan. Mereka ada yang pindah ke agama Islam, ada juga yang masih menganut agama Buddha. Pengikut putri Ong Tien yang pindah ke agama Islam, dibuatkan Masjid atau rumah ibadah yaitu Masjid Pecinan Tinggi (Masjid yang berada di pemukiman Cina pada masa Kesultanan Banten), dan yang masih menganut agama Buddha, dibuatkan Vihara yang dibangun di desa Dermayon pada tahun 1542, yang pada saat itu kondisi dari masyarakat Buddha sendiri banyak yang melakukan ibadah di pinggir-pinggir pantai. Maka dari itu dibuatlah sebuah Vihara di desa tersebut. Dan Vihara ini merupakan Vihara pertama yang ada di wilayah Banten.
Pada tahun 1744, ada seorang penduduk yang menghibahkan tanahnya untuk pemindahan Vihara yang ada di desa Dermayon ke kecamatan Kasemen. Dikarenakan Vihara yang ada di desa Dermayon ini tidak terlalu besar pembangunannya, maka Vihara ini pun pindah ke kecamatan Kasemen. Semenjak perpindahan itu, Vihara ini sudah melakukan berbagai pembaharuan. Namun di dalam sejarah tidak dicatat secara lengkap kapan dan berapa kali Vihara ini dilakukan pembaharuan atau renovasi.
Vihara ini memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi Kwan Im sebagai Altar utamanya. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga. Lalu di gerbang depan dengan atap berhiaskan dua naga yang memperebutkan mustika sang penerang (matahari), menyambut pengunjung dipintu masuk. Naga dianggap sebagai makhluk suci yang melambangkan keselamatan, juga pelindung arah timur (musim semi).
Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di Vihara ini, pada umunya tidak jauh berbeda dengan Vihara-vihara lainnya. Yang jelas Vihara ini terbuka untuk dikunjungi oleh siapa saja, tidak perduli apa pun agamanya, asalkan bisa membawa diri dengan baik lantaran Vihara adalah tempat ibadah, bukan tempat wisata biasa.
Terlihat jelas dari pemaparan sejarah mengenai Vihara Avalokitesvara, bahwa interaksi antara masyarakat Islam dengan masyarakat Buddha sudah terjalin sejak dulu bahkan sampai sekarang ini. Bukti nyata dari interaksi yang sudah terjalin dari sejak dulu adalah ketika Syarif Hidayatullah membangun Vihara ini untuk umat Buddha yang memang membutuhkan tempat ibadah. Dan membangun Masjid untuk masyarakat Tiongkok yang pindah ke agama Islam.  Kemudian interaksi yang sampai saat ini masih terjalin adalah ketika di Vihara ini sedang ada kegiatan, masyarakat dari luar Vihara ini bahkan yang non Buddha sekali pun dapat menyaksikan, asal tidak mengganggu. Selain itu, para pengunjung yang berdatangan ke Vihara ini, kebanyakan dari umat Islam. Entah itu mereka yang sedang melakukan observasi, atau berwisata sambil foto-foto, pihak pengurus Vihara mempersilahkan mereka untuk. Berkunjung. Sudah jelas bukan bahwa interaksi seperti ini sudah ada dari dulu.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar