MAKANAN KHAS MASYARAKAT BETAWI: KERAK TELOR
Oleh : Salwa Anwar (NIM: 11140321000021)
Manusia adalah
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berbudaya, hal ini
dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan adanya peradaban-peradaban
dan juga budaya yang telah terbentuk. Manusia mendiami wilayah yang berbeda,
berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat
istiadat, kebudayaan, dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda
dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah,
yaitu: barat, timur tengah, dan timur.
Masyarakat atau
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-kawin antara etnis dan bangsa di masa lalu
secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni
di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga
kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Keta Betawi sebenarnya berasal dari
kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah
menarik bila diteliti secara struktur, proses dan pertumbuhan sosial Suku
Betawi mulai dari sejarahnya, bahasa, profesi, perilaku, wilayah, seni dan
budayanya.
Kerak telor
merupakan salah satu makanan khas daerah Betawi. Kerak telor ini berawal dari
coba-coba dimana Jakarta masih banyak dipenuhi oleh pohon kelapa. Orang Betawi
Menteng mencoba membuat campuran antara ketan, kelapa parut dan bumbu dapur
lainnya. Kebetulan setelah diicip oleh tetangga sekitar banyak sekali yang suka
makanan tersebut. Nah pada tahun 1970an, mereka mulai menjual resep unik
tersebut di daerah Monas. Tidak disangka kerak telor laku keras dan menjadi
makanan khas Betawi bahkan menjadi makanan elit pada waktu itu.
Makanan ini
dibuat dari bahan-bahan lain antara lain seperti beras ketan putih, telur ayam
atau telur bebek, ebi atau udang kering dan parutan kelapa yang disangrai
kering, serta bawang goreng, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam dan gula
pasir sebagai bumbu pelengkapnya.
Cara membuat
makanan ini cukup unik karena tidak di masak diatas kompor namun dimasak diatas
bara api. Pedagang kerak telor sesekali membalikkan wajan agar permukaan dari
kerak telor tersebut juga terpanggang dan matang merata sambil dikipas-kipas
agar bara api tetap menyala. Setelah kering dan matang, kerak telor siap untuk
disajikan.
Kerak telor
tebuat dari bahan-bahan yaitu ketan putih, telur ayam atau bebek, bawang merah
goreng, udang goreng atau ebi, cabai merah, kencur, jahe, kelapa sangrai, gula,
garam, dan merica. Kerak telor memiliki rasa yang gurih dan enak dinikmati
selagi hangat.
Filosofi dari
kerak telor ini adalah filosofi tentang kepemimpinan seseorang. Bahan yang
digunakan untuk membuat kerak telor yaitu ketan, memiliki karakteristik
pempimpin, karena ketan memiliki tekstur kental dan memimpin rasa kerak telor.
Sifat kepemimpinan tersebut dikuatkan dengan kehadiran telur yang menyatukan.
Segala wawasan yang dipunya itu harus kuatkan. Idealisme juga harus ada
penguatnya supaya tidak lemah dan terlepas. Tidak hanya dari bahan, filosofi
juga terkandung dalam cara memasak kerak telor tersebut. Hal utama yang harus
diperhatikan saat membuat kerak telor adalah waktu. Jika terlalu cepat
ditelungkupkan, ketan dan telur belum terlalu matang sehingga akan hancur.
Begitu pula dengan pemimpin. Kalau belum siap, jangan dijadikan sebagai seorang
pemimpin. Jika sudah berhasil ditelungkupkan dengan sempurna, waktu tetap
diperhatikan. Di khawatirkan kematangan kerak telor tersebut menjadi gosong
atau hangus. Sementara itu, tambahan bumbu lain dalam kerak telor melambangkan
cara pemimpin berdinamika. Jika memiliki rasa pedas, pemimpin tersebut
berbicaranya keras dan jelas. Apabila memiliki rasa yang gurih, pemimpin
tersebut murah senyum. Seperti itulah filosofi kerak telor terhadap sebuah
kepemimpinan.**)
**) Hasil
wawancara dengan Engkong Boim, narasumber adalah seorang pedagang di anjungan
Jakarta, TMII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar