Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Salwa Anwar



MAKANAN KHAS MASYARAKAT BETAWI: KERAK TELOR
Oleh : Salwa Anwar (NIM: 11140321000021)
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai dengan adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk. Manusia mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan, dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu: barat, timur tengah, dan timur.
Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-kawin antara etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Keta Betawi sebenarnya berasal dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara struktur, proses dan pertumbuhan sosial Suku Betawi mulai dari sejarahnya, bahasa, profesi, perilaku, wilayah, seni dan budayanya.
Kerak telor merupakan salah satu makanan khas daerah Betawi. Kerak telor ini berawal dari coba-coba dimana Jakarta masih banyak dipenuhi oleh pohon kelapa. Orang Betawi Menteng mencoba membuat campuran antara ketan, kelapa parut dan bumbu dapur lainnya. Kebetulan setelah diicip oleh tetangga sekitar banyak sekali yang suka makanan tersebut. Nah pada tahun 1970an, mereka mulai menjual resep unik tersebut di daerah Monas. Tidak disangka kerak telor laku keras dan menjadi makanan khas Betawi bahkan menjadi makanan elit pada waktu itu.
Makanan ini dibuat dari bahan-bahan lain antara lain seperti beras ketan putih, telur ayam atau telur bebek, ebi atau udang kering dan parutan kelapa yang disangrai kering, serta bawang goreng, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam dan gula pasir sebagai bumbu pelengkapnya.
Cara membuat makanan ini cukup unik karena tidak di masak diatas kompor namun dimasak diatas bara api. Pedagang kerak telor sesekali membalikkan wajan agar permukaan dari kerak telor tersebut juga terpanggang dan matang merata sambil dikipas-kipas agar bara api tetap menyala. Setelah kering dan matang, kerak telor siap untuk disajikan.
Kerak telor tebuat dari bahan-bahan yaitu ketan putih, telur ayam atau bebek, bawang merah goreng, udang goreng atau ebi, cabai merah, kencur, jahe, kelapa sangrai, gula, garam, dan merica. Kerak telor memiliki rasa yang gurih dan enak dinikmati selagi hangat.
Filosofi dari kerak telor ini adalah filosofi tentang kepemimpinan seseorang. Bahan yang digunakan untuk membuat kerak telor yaitu ketan, memiliki karakteristik pempimpin, karena ketan memiliki tekstur kental dan memimpin rasa kerak telor. Sifat kepemimpinan tersebut dikuatkan dengan kehadiran telur yang menyatukan. Segala wawasan yang dipunya itu harus kuatkan. Idealisme juga harus ada penguatnya supaya tidak lemah dan terlepas. Tidak hanya dari bahan, filosofi juga terkandung dalam cara memasak kerak telor tersebut. Hal utama yang harus diperhatikan saat membuat kerak telor adalah waktu. Jika terlalu cepat ditelungkupkan, ketan dan telur belum terlalu matang sehingga akan hancur. Begitu pula dengan pemimpin. Kalau belum siap, jangan dijadikan sebagai seorang pemimpin. Jika sudah berhasil ditelungkupkan dengan sempurna, waktu tetap diperhatikan. Di khawatirkan kematangan kerak telor tersebut menjadi gosong atau hangus. Sementara itu, tambahan bumbu lain dalam kerak telor melambangkan cara pemimpin berdinamika. Jika memiliki rasa pedas, pemimpin tersebut berbicaranya keras dan jelas. Apabila memiliki rasa yang gurih, pemimpin tersebut murah senyum. Seperti itulah filosofi kerak telor terhadap sebuah kepemimpinan.**)

**) Hasil wawancara dengan Engkong Boim, narasumber adalah seorang pedagang di anjungan Jakarta, TMII.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar