Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Ridwan Effendi



PAKAIAN ADAT BETAWI
Oleh: Ridwan Efendi

A.  Sejarah Pakaian Adat Betawi
Ada banyak pakaian adat di Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan nilai pengetahuan yang penting. Salah satu dari banyak pakaian adat di Indonesia yang memiliki makna sejarah, representasi sebuah komunitas pada zamannya dan kemajuan sebuah peradaban adalah pakaian adat Betawi. Betawi adalah suku yang berada di DKI Jakarta dan sekitarnya di daerah provinsi Jawa Barat dan Banten. Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI Jakarta adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab, Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah mengenai pakaian adat Betawi[1].
Hasil wawancara, kalau pakaian adat betawi banyak pengaruh dari Arab dan Cina, contoh kalau dari Cina lihat busana pengantin perempuan banyak dari Cina, kalau laki-laki itu Arab yang pakai jubah. Kemudian banyak condong ke Arab karena ibu-ibu memakai kerudung, lalu none juga begitu selalu menggunakan kerudung dan mayoritas masyarakat Betawi itu Islam. *hasil wawancara dengan bpk. Tarmizi, di TMII pada tanggal 09-05-2016*

B.  Macam-macam Pakaian Adat Betawi
a.    Pakaian Keseharian Adat Betawi
Pakaian adat yang digunakan oleh kaum pria Betawi dalam kegiatan sehari-hari yaitu berupa baju koko berwarna polos atau disebut juga sadariah yang dipadukan dengan celana kolor panjang bermotif batik dengan warna yang tidak terlalu ramai, biasanya hanya putih, cokelat, dan hitam. Sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan kain pelekat berbentuk selendang yang diselempangkan pada leher atau ditempatkan sebelah pundak serta peci warna hitam dari bahan beludru yang menjadi ciri khas masyarakat Betawi.
Jenis pakaian keseharian yang digunakan oleh kaum wanita dalam adat Betawi yaitu berupa baju kurung dengan warna mencolok yang dipadukan kain sarung batik bercorak geometri dengan warna-warna yang cerah. Sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan tutup kepala berupa kerudung atau selendang dengan warna senada sesuai baju yang dikenakan.
                 
b.   Pakaian Perkawinan Adat Betawi
Busana yang dikenakan oleh pengantin pria dalam adat Betawi disebut dengan Dandanan Care Haji. Busana ini terdiri dari jubah berwarna cerah yang terbuat dari bahan beludru dengan bagian dalam berupa kain berwarna putih yang halus. Sebagai pelengkap ditambahkan penggunaan tutup kepala dari sorban yang disebut dengan nama Alpie, selendang bermotif benang emas atau manik-manik yang berwarna cerah, serta alas kaki berupa sepatu pantofel agar tampak lebih serasi[2].
Pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita dalam adat Betawi yaitu berupa blus bergaya Cina yang terbuat dari bahan satin berwarna cerah dan dikenal dengan nama busana Rias besar dandanan care none pengantin cine. Pemakaian busana ini dipadukan dengan bawahan berupa rok model putri duyung berwarna gelap (hitam atau merah hati) atau disebut dengan nama Kun. Sebagai pelengkap kepala ditambahkan penggunaan sanggul palsu yang dihiasi dengan kembang goyang motif burung hong, bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir, serta pemakaian cadar di bagian wajah. Perhiasan lain yang dipergunakan diantaranya berupa kalung lebar, gelang listring, dan hiasan teratai manik-manik yang dikalungkan di bagian dada, serta alas kaki berupa selop dengan model perahu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar