Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Zizi Mubarok



BUDAYA MANTEN KUCING DI DESA PALEM, KECAMATAN CAMPURDARAT, KABUPATEN  TULUNGAGUNG JAWA TIMUR
Oleh: Zizi Mubarok  (NIM: 11140321000022)

A.  Profil Desa Palem
1.    Sejarah Desa Palem,
Sebelum desa Palem terbentuk pemerintahan desa, hanya merupakan suatu wilayah babatan. Dan yang membuka wilayah babatan tersebut adalah tiga orang dari kerajaan Mataran, yaitu :
1.         Eyang Ibrahim, membuka wilayah bagian timur.
2.         Eyang Tambakreso, membuka wilayah tengah.
3.         Eyang diposentono, membuka wilayah Barat.
Setelah ketiga orang tersebut berhasil membuka wilayah babatan, maka lambat laung dibentuklah system pemerintahan. Namun Eyang Tambakreso yang ada diwilayah tengah tidak memikirkan masalah duniawi, maka wilayahnya digabungkan ( diserahkan ) kepada Eyang Diposentono yang ada di wilayah barat. Akhirnya terdapat wilayah pedukuhan yaitu Suberjo, Palem, dan Tambak dengan pusat pemerintahan di Dukuh Palem. Sedangkan wilayah timur yang dipegang oleh Eyang Ibrahim dengan wilayah pedukuhan yaitu, Jambu, Bangak, Jinggring dan Golong dengan pusat pemerintahan di Dukuh Jambu.
Sepeninggalan Eyang Diposentono Desa Palem dipegang oleh Eyang Dipojono. Sedangkan sepeninggalan Eyang Ibrahim Desa Bangak dipegang oleh eyang Singodimedjo. Dan sepeningalan Eyang Dipojono Desa Palem dipegang oleh Eyang Kucir. Sedangkan Desa Bangak seninggal eyang Singodimedjo dipegang oleh Eyang Sutomedjo.

2.    Kondisi Desa Palem
Desa Pelem memiliki luas wilayah secara keseluruhan adalah : 735,690 Ha. Dimana luas tersebut terbagi atas 323,408 Ha adalah pemukiman penduduk sisanya 194,031 Ha adalah lahan kering dan 218,251 Ha adalah area persawahan.
Selain itu Desa Pelem juga memiliki tempat-tempat hiburan untuk anak-anak ataupun dewasa. Tempat wisata ini bisa digunakan kapanpun untuk rekreasi dan tempat bermain, yaitu kolam renang yang tepatnya berada di dusun Pelem dan Wisata Cuban yang berada di Dusun Jambu, serta wisata yang lainnya.
Mungkin dari sekian wisata yang ada di desa Pelem, yang lebih dikenal oleh banyak orang didaerah – daerah lain adalah wisata Cuban. Tempat ini sering dikunjungi oleh orang – orang untuk sekedar melihat – lihat pemandangan dan air terjun ataupun untuk sekedar jalan – jalan. Lebih ramai lagi apabila ada saat hari minggu atau liburan, banyak orang – orang dari para remaja dan orang – orang dewasa yang datang kesana. Cuban ini tempatnya berada didaerah perbukitan yang cukup terjal yang dikelilingi oleh area tegal dan area persawahan.

B.  Kajian Teori
1.    Devinisi Kebudayaan
Kebudayaan atau yang disebut peradaban mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Para ahli sudah banyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan tersebuttimbul dua pemikirantentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban. Pertama anggapan bahwa adanya hukum atau kebudayaan disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama. Kedua anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya.[1]
Kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya diserap dari bahasa sansekertabuddhayah, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan segala hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.
Menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan, hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[2]
Seorang antropolog lain, yaitu E.B.Taylor (1871) mendefinisikan kebudayaan dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan ang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2.    Unsur-unsur Kebudayaan
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universals, yaitu:[3]
1.    Peralatan dan perlengkapan hidup manusia ( pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya).
2.    Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi ( pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya ).
3.    Sistem kemasyarakatan ( sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, system perkawinan).
4.    Bahasa ( lisan maupun tertulis).
5.    Kesenian ( seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6.    Sistem pengetahuan.
7.    Religi ( sistem kepercayaan).

3.    Fungsi Kebudayaan
Hasil karya manusia masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama didalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Adapun fungsi dari unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat untuk memuaskan hasrat naluri kebutuhan hidup mahluk hidup manusia. Dengan demikian unsur kesenian, misalnya berfungsi memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan. Unsur sistem pengetahuan berfungsi memuaskan hasrat naluri untuk tahu.[4]
C.  Budaya Manten Kucing
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai budaya Manten Kucing yang terjadi di daerah Tulungagung Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untukvmenguraikan tentang budaya Manten Kucing yang dilestarikan oleh masyarakat Desa Palem Tulungagung.
Observasi ini dilakukan di daerah kabupaten Tulungagung tepatnya di desa Palem, Tulungagung dan disekitar Pendopo Tulungagung. Kabupaten Tulungagung adalah suatu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Tulungagung.
Manten Kucing merupakan budaya khas asli Palem Tulung Agung, yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan sampai saat ini masih dilestarikan, budaya manten kucing ini yakni mengawinkan dua ekor kucing, kucing jantan dan kucing betina sebagai sarana untuk mendatangkan hujan.
Dalam budaya Manten Kucing ini, proses perkawinanya menggunakan doa-doa jawa yang dilakukan oleh sesepuh desa untuk menikahkan sepasang kucing tersebut, serta doa-doa untuk meminta hujan.  Ketika melakukan ritual Manten Kucing tersebut juga dilakukan tindakan berupa proses tradisi yaitu mengarak sepasang kucing beserta sepasang laki-laki dan perempuan yang menggendongnya, menikahkan dengan meletakkan sepasang kucing tersebut di pangkuan sepasang laki-laki dan perempuan yang menggendongnya secara berdampingan, memandikan sepasang kucing tersebut dan diiringi dengan permainan gamelan yang mengiringi proses pernikahan sepasang kucing tersebut. Ritual ini dilakukan selayaknya ritual perkawinan sepasang manusia, sepasang kucing tersebut diberikan aksesoris serta baju pengantin atau kebaya yang mirip dengan pernikahan sepasang manusia.
Keunikan dalam prosesi ritual ini yakni ketika pasangan manten kucing dipertemukan menjadi pengantin di pelaminan, ada beberapa wanita tua yang juga  ikut tampil melantunkan tembang khas Jawa sambil memegang dua tangan sepasang pengantin kucing, kemudian setelah melantunkan tembang Jawa tersebut mereka melempar-lemparkan pisang hingga orang-orang yang menyaksikan ritual tersebut berebut untuk mendapatkan pisang yang diyakini membawa berkah itu. Setelah prosesi ritual ini selesai setiap warga kemudian menyediakan Ambengan
(sesajian) yang diletakan disamping kursi pelaminan pasangan pengantin kucing.

D.  KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya pada masyarakat Jawa daerah Tulungagung yaitu budaya Manten Kucing. Tradisi ini telah lama berkembang di daerah Tulungagung dan menjadi sebuah ciri khas budaya tersebut. Budaya Manten Kucing ini berasal dari Desa Palem Kabupaten Tulungagung dan tetap dilestarikan sampai sekarang. Tradisi ini dilakukan sebagai upaya untuk mendatangkan hujan.

E.  Daftar Pustaka
Koentjoroningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta. PT. Rineka Cipta,2002
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada,2007
Soelaeman, Munandar. Ilmu Budaya Dasar, Bandung. PT. Refika Aditama, 2010


[1] M. Munandar Soelaiman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung, PT. Revika Aditama, 2010, hlm.19.
[2] Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002, hlm.180.
[3] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.154.
[4] Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002, hlm.215.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar