Kamis, 09 Juni 2016

Local Wisdom Dewi Nursalina



RUMAH ADAT BETAWI DI ANJUNGAN DKI JAKARTA TMII
Oleh: Dewi Nursalina

A.  Pendahuluan
Rumah Adat disebut juga Rumah Tradisional merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan. Rumah Tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan.
Penilaian kategori Rumah Tradisional dapat juga dilihat dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti upacara adat. Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh kembangnya kebudayaan dalam masyarakat.
B.  Rumah Adat Betawi
Rumah Adat Betawi yang berada di Anjungan DKI Jakarta merupakan Rumah Adat yang disebut dengan Rumah Kebaya. Di Betawi sendiri, tidak hanya ada Rumah Kebaya, tetapi ada juga rumah yang disebut Rumah Bapang. Secara spesifikasinya, perbedaan antara Rumah Kebaya dan Rumah Bapang itu sedikit. Rumah Bapang itu polos, tidak memiliki beranda atau yang biasa disebut teras sedangkan Rumah Kebaya memiliki teras dan dari segi atap rumah, tiang, jendela dan yang lainnya antara Rumah Kebaya dan Rumah Bapang tidak ada bedanya.
Rumah Kebaya merupakan sebuah nama rumah adat Suku Betawi. Disebut Rumah Kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.
Ditinjau pada zaman dahulu, Rumah Adat nya sendiri berbentuk panggung karena pada zaman dahulu masyarakat asli Suku Betawi sedikit dan dahulu DKI Jakarta masih banyak rawa dan juga sawah-sawah. Jadi kegunaan rumah panggung itu sendiri adalah menghindari dari air yang berada di rawa dan juga sawah.
Selain Rumah Kebaya, Suku Betawi juga memiliki Rumah Adat lainnya seperti Rumah Gudang dan Rumah Joglo meskipun Suku Betawi memiliki tiga Rumah Adat, akan tetapi secara resminya di Suku Betawi itu sendiri Rumah Adatnya adalah Rumah Kebaya. Perbedaan yang melekat diantara ketiga rumah ini yakni pada Ruma Gudang bentuk rumahnya memanjang sedangkan Rumah Joglo pada atapnya ditengah-tengah atap seperti berbentuk lonjong ke atas, jadi atapnya ini di bagian depan dan belakangnya rata dan ditengah-tengah atapnya berbentuk setengah lonjong. Rumah Adat Betawi ini menggunakan kayu nangka karena pada kayu nangka tidak mudah lapuk, tahan pada cuaca apapun serta tidak menggunakan kayu jati dikarenakan kayu jati yang harganya sangat mahal dan di Jakarta sendiri kayu jati sangatlah langka.
Ciri khas dari Rumah Kebaya ini ialah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat untuk bersantai keluarga. Dinding rumahnya pun terbuat dari planel-planel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal tersebut dilakukan agar rumah tersebut terasa lebih luas.
Rumah ini dapat dibedakan menjadi dua bagian dari segi sifatnya yaitu bagian depan bersifat semi publik dan bagian belakang yang bersifat pribadi. Yang pertama yaitu bagian depan yang bersifat semi publik yakni setiap orang yang melihat rumah tersebut akan merasa asri dan sejuknya rumah tersebut dan yang kedua bagian belakang yang bersifat pribadi karena bagian rumah ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah tersebut.
Disetiap Rumah Adat tentunya memiliki material tersendiri sebagai berikut:
1.    Material Atap
Material yang digunakan untuk menutupi atap rumah adalah genteng atau atep[1], kontruksi kuda-kuda dan gording[2] yang menggunakan kayu gowok atau kayu kecapi, balok tepi terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka yang sudah tua, sedangkan kaso[3] dan reng[4] yang menggunakan bambu tali yaitu bambu yang batangnya setelah dibelah-belah dapat dijadikan tali. Keterangan material ini adalah Pondasi Umpak.
2.    Material Dinding
Material yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok atau kayu nangka yang terkadang di cat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding rumah lainnnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya. Daun pintu atau jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal[5] pada bagian atapnya atau pada keseluruhan daun pintu atau jendela. Keterangan material ini adalah Pintu Jalusi.
3.    Material Struktur
Bahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah atau tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata dengan kolom dari kayu nangka yang sudah tua.[6]


[1] Daun kirai yang dianyam
[2] Balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda
[3] Balok kayu dengan ukuran 4x6 cm atau 5x7 cm yang berfungsi sebagai dudukan reng
[4] Balok kayu dengan ukuran 2x3 cm atau 3x4 cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng
[5] Jalusi adalah pintu yang memiliki lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruangan yang tertutup seperti pada kamar mandi
[6] Observasi di Anjungan DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII) kepada Bapak Tarmizi yang merupakan salah satu penjaga Perpustakan Anjungan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar