RUMAH
ADAT BETAWI DI ANJUNGAN DKI JAKARTA TMII
Oleh: Dewi Nursalina
A. Pendahuluan
Rumah
Adat disebut juga Rumah Tradisional merupakan rumah yang dibangun dengan cara
yang sama dari generasi ke generasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami
perubahan. Rumah Tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun
dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik
corak atau gaya bangunan.
Penilaian
kategori Rumah Tradisional dapat juga dilihat dari kebiasaan-kebiasaan
masyarakat ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti upacara adat. Rumah
tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah satu
unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh kembangnya
kebudayaan dalam masyarakat.
B. Rumah Adat Betawi
Rumah Adat Betawi yang
berada di Anjungan DKI Jakarta merupakan Rumah Adat yang disebut dengan Rumah
Kebaya. Di Betawi sendiri, tidak hanya ada Rumah Kebaya, tetapi ada juga rumah yang
disebut Rumah Bapang. Secara spesifikasinya, perbedaan antara Rumah Kebaya dan
Rumah Bapang itu sedikit. Rumah Bapang itu polos, tidak memiliki beranda atau
yang biasa disebut teras sedangkan Rumah Kebaya memiliki teras dan dari segi
atap rumah, tiang, jendela dan yang lainnya antara Rumah Kebaya dan Rumah
Bapang tidak ada bedanya.
Rumah Kebaya merupakan
sebuah nama rumah adat Suku Betawi. Disebut Rumah Kebaya dikarenakan bentuk
atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping
maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.
Ditinjau pada zaman
dahulu, Rumah Adat nya sendiri berbentuk panggung karena pada zaman dahulu
masyarakat asli Suku Betawi sedikit dan dahulu DKI Jakarta masih banyak rawa
dan juga sawah-sawah. Jadi kegunaan rumah panggung itu sendiri adalah
menghindari dari air yang berada di rawa dan juga sawah.
Selain Rumah Kebaya,
Suku Betawi juga memiliki Rumah Adat lainnya seperti Rumah Gudang dan Rumah
Joglo meskipun Suku Betawi memiliki tiga Rumah Adat, akan tetapi secara
resminya di Suku Betawi itu sendiri Rumah Adatnya adalah Rumah Kebaya.
Perbedaan yang melekat diantara ketiga rumah ini yakni pada Ruma Gudang bentuk
rumahnya memanjang sedangkan Rumah Joglo pada atapnya ditengah-tengah atap
seperti berbentuk lonjong ke atas, jadi atapnya ini di bagian depan dan
belakangnya rata dan ditengah-tengah atapnya berbentuk setengah lonjong. Rumah
Adat Betawi ini menggunakan kayu nangka karena pada kayu nangka tidak mudah
lapuk, tahan pada cuaca apapun serta tidak menggunakan kayu jati dikarenakan
kayu jati yang harganya sangat mahal dan di Jakarta sendiri kayu jati sangatlah
langka.
Ciri khas dari Rumah
Kebaya ini ialah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu
tamu dan menjadi tempat untuk bersantai keluarga. Dinding rumahnya pun terbuat
dari planel-planel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal tersebut
dilakukan agar rumah tersebut terasa lebih luas.
Rumah ini dapat
dibedakan menjadi dua bagian dari segi sifatnya yaitu bagian depan bersifat
semi publik dan bagian belakang yang bersifat pribadi. Yang pertama yaitu
bagian depan yang bersifat semi publik yakni setiap orang yang melihat rumah
tersebut akan merasa asri dan sejuknya rumah tersebut dan yang kedua bagian
belakang yang bersifat pribadi karena bagian rumah ini hanya boleh dilihat oleh
orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah tersebut.
Disetiap Rumah Adat
tentunya memiliki material tersendiri sebagai berikut:
1. Material
Atap
Material
yang digunakan untuk menutupi atap rumah adalah genteng atau atep[1], kontruksi
kuda-kuda dan gording[2]
yang menggunakan kayu gowok atau kayu kecapi, balok tepi terutama diatas
dinding luar menggunakan kayu nangka yang sudah tua, sedangkan kaso[3]
dan reng[4]
yang menggunakan bambu tali yaitu bambu yang batangnya setelah dibelah-belah
dapat dijadikan tali. Keterangan material ini adalah Pondasi Umpak.
2. Material
Dinding
Material
yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok atau kayu nangka yang
terkadang di cat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding rumah lainnnya
menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian
bawahnya. Daun pintu atau jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan
jalusi horizontal[5]
pada bagian atapnya atau pada keseluruhan daun pintu atau jendela. Keterangan
material ini adalah Pintu Jalusi.
3. Material
Struktur
Bahan
yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak
(pondasi rumah atau tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah
setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata
dengan kolom dari kayu nangka yang sudah tua.[6]
[1] Daun kirai yang dianyam
[2] Balok kayu mendatar yang
letaknya diatas kuda-kuda
[3] Balok kayu dengan ukuran 4x6 cm
atau 5x7 cm yang berfungsi sebagai dudukan reng
[4] Balok kayu dengan ukuran 2x3 cm
atau 3x4 cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng
[5] Jalusi adalah pintu yang
memiliki lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga
dalam ruangan yang tertutup seperti pada kamar mandi
[6] Observasi di Anjungan DKI
Jakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII) kepada Bapak Tarmizi yang merupakan
salah satu penjaga Perpustakan Anjungan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar